Si Bolang RSC

Monday, July 31, 2006

Gusti Ora Sare


Malam telah larut ,menunjukan jam 11:30 wib,aku dan teman-teman pun segera bergegas pulang,karena acara tahun baru saat itu udah selesai.duh capek bercampur seneng,gembira,karna ada acara hura-huranya Hehehe..!!!

Setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.

Setengah berlari saya dan teman-teman mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian, ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala.

Dia menyilahkan kami duduk.

"Disini saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat kami meminta ijin berteduh.

Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat.

Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "Tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja.","Aplit",saya juga pak,"kholik,Bosiran cuma minta teh anget"

Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang.

Keadaan yang semula canggung mulai hilang.

Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?"

Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata Kholik temenku. "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?"

Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja, tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru...

"Gusti Tuhan, ora sare dik, (Tuhan itu tidak pernah istirahat)", begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya."

Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan..."

Degh. Duh, hati saya tergetar. Bapak itu benar,
"Gusti Tuhan ora sare".

0 Comments:

Post a Comment

<< Home